Cerita dimulai dari ibuku yang diceritakan oleh budeku tentang novel Laskar Pelangi yang akan dibuat film layar lebar. Ibuku yang sama sekali belum pernah membaca novelnya sangat terkesima dengan bagaimana budeku menceritakan novel tersebut. Tentusaja dari sudut pandang dan interprestasi dari budeku sendiri.
Cerita lalu melompat ke acara Kick Andy di bulan Ramadhan 1419H lalu. Acara itu untuk menyambut film Laskar Pelangi the movie yang akan premier pada tanggal 25 September 2008. Dari acara Kick Andy tadi, ditambah hasil obrolan aku dan kakakku, ibuku makin antusias untuk menonton film Laskar Pelangi.
Momen premier Laskar Pelangi yang masuk masa i’tikaf, kuakui menyulitkan untuk menonton premier-nya. Terlebih lagi, Manda yang gagal untuk mendapatkan tiket premier-nya untuk kamis dengan sangat tragis, memberikan gambaran yang meyakinkan untuk rencana menonton digeser setelah lebaran.
Pada hari sabtu tanggal 27 September, ibuku bersikeras ingin nonton pada hari minggu-nya. Padahal sudah kuyakinkan kalau untuk mendapatkan tiketnya harus antri dan susah untuk didapat. Yah.. mungkin karena didasari ibuku yang belum pernah ke 21 amplaz, jadi beliau tidak bisa membayangkan seperti apa antri dan penuhnya tiket sebuah film.
Karena kepastian siapa saja yang menonton masih belum jelas, ditambah pernyataan ibuku yang ‘kalau penuh yah tidak apa-apa’, membuat aku tidak mengantri tiket di hari minggu paginya. Pada minggu malamnya, aku, ibuku, bapakku, kakakku, dan budeku, berangkat ke 21 amplaz. Sesampainya disana, seperti yang sudah kuduga, tiket habis. Ibuku ternyata sedikit tidak percaya dengan keadaan yang ada. Ibuku membayangkan kalau habisnya itu karena antri dan tidak dapat tiket, bukan karena tiket sudah habis dipesan dari siangnya. Setelah ibuku lama tanya-tanya dengan mbaknya yang jaga loket, akhirnya ibuku memutuskan untuk nonton pada selasa 30 September pagi. Menurut informasi yang didapat ibuku, tiket untuk selasa pagi dapat dipesan pada senin malamnya.
Senin sore, aku kembali ke 21 amplaz. Kali ini aku yang bener-bener kaget. Tiket sudah habis untuk hari senin dan hari selasa. Sebuah kenyatan yang berbeda dari informasi yang sebelumnya. Dan terlebih lagi, setahuku di 21 tidak bisa untuk memesan tiket untuk hari berikutnya. Informasi ini kusampaikan ibuku. Aku berharap ibuku untuk cooldown sejenak, tidak berpikir untuk menonton film lagi, atau setidaknya setelah lebaran melihat kondisi dulu yang terjadi. Tapi ternyata ibuku memutuskan untuk menggeser menonton jadi tanggal 5 oktober, hari minggu.
Aku ya.. hanya bisa bersabar mendapat permintaan ibuku. Agar aku tidak kecolongan momen seperti pada tanggal senin sebelumnya, aku datang pada hari sabtu 4 oktober siang, dan berharap dapat kesempatan untuk pesan tiket pada hari minggunya. Dari sini cerita panjang akan dimulai.
Sabtu siang, begitu aku sampai lantai 3, ternyata antrian sudah sampai di eskalator untuk naik didepan 21. Saat itu tiket untuk hari sabtu belum habis. Aku mencoba masuk untuk mencari informasi soal tiket. Setelah tanya dengan keamanan 21, ternyata jawabannya sangat diplomatis.
“Tiket untuk hari besok akan dijual jika tiket untuk hari ini sudah habis semua.”
Oke, aku terima jawaban itu. Aku lalu menunggu beberapa saat. Tapi ternyata menunggu di 21 tanpa kepastian juga membosankan. Aku lalu menekan lagi untuk memastikan apakah tiket besok bisa kudapatkan atau tidak. Jawaban yang keluar kembali diplomatis.
“Hal itu kami tidak bisa memastikan pak. Itu semua tergantung keputusan dari pihak managemen pusat. Jika tiket hari ini habis. Nanti coba kami tanyakan ke pihak managemen. Biasanya jam setengah satu siang nanti tiket sudah habis pak.”
Huwah! di kondisi dimana aku boring untuk menunggu kepastian menggantung, akhirnya aku coba berkeliling dulu sambil menunggu tiket hari itu habis. Setelah sholat dhuhur juga. Aku kembali ke 21 lagi. Tiket hari itu sudah habis, bahkan diberi tulisan tiket habis. Aku lalu berharap dapat kesempatan untuk beli tiket buat hari esok. Setelah kembali bertanya.
“Tiket yang midnight belum habis pak”
Glodak! ya.. tiap sabtu memang ada jadwal khusus midnight. Tiket yang habis adalah yang jam tayang reguler. Sedangkan yang midnight belum. Lalu aku menunggu sambil memantau monitor penjualan tiket. Sampai hampir sore, tiket midnight lumayan banyak terjual hanya tinggal dua baris terdepan. Sekitar tinggal 20 kursi lagi. Karena sudah tidak betah lagi menunggu kepastian untuk tiket besok, akhirnya aku memutuskan pulang dan akan mengantri lagi esok harinya.
Minggu pagi, sekitar jam 9 aku kembali meluncur ke ambarukmo plaza. Setelah keluar dari tempat parkir, ternyata lantai yang bisa diakses baru sampai lantai ground. Untuk lantai atasnya masih belum dibuka eskalatornya. Kurang lebih sekitar jam 10-an. Eskalator untuk kelantai atasnya mulai dinyalakan. Aku pun segera menuju ke lantai 3. Sampai disana, ternyata antrian sudah mengular. Banyak juga rupanya yang sebelumnya datang menggunakan tempat parkir rooftop, sehingga bisa mendapat akses langsung ke 21. Aku antri berdiri, kondisinya aku berdiri sudah sampai di samping eskalator. Taklama kemudian ada dari pihak keamanan yang merapikan antrian agar berbelok dan tidak menghalangi jalan. Belum juga antrian maju, aku lihat antrian sudah mencapai ke caesar club. Sungguh fenomena antri yang tidak bisa dipercaya. Sekitar satu setengah jam antri menunggu, akhirnya aku dapat kesempatan untuk membeli tiket. TIket yang kupesan untuk jam 21.30 sebanyak lima lembar.
Malamnya, ibuku ternyata sudah tidak begitu bersemangat, terlebih lagi budeku yang masih terjebak di Kebumen dari perjalanan balik dari Cilacap. Jadi praktis tiket lima lembar sudah gagal dua lembar. Aku sendiri kondisnya juga sudah bosan bolak-balik ke 21. Aku nurut saja, jika ibuku jadi berangkat ya syukur, kalaupun tidak ya syukur juga. Ditambah lagi keinginan ibuku untuk menjual balik dua tiket yang tersisa.
Sesampainya di 21, masih sekitar setengah jam sebelum pintu theater dibuka. Aku menolak untuk mencari orang yang bersedia membeli dua tiket yang tidak dipakai. Rasanya seperti calo saja. Ibuku lalu yang berjalan sendiri untuk mencari orang yang ingin beli tiket sisanya. Beruntunglah ada orang yang iseng menanyakan tiket ke loket, dan akhirnya ditawari ibuku untuk membeli tiket yang tersisa itu.
Hari itu akhirnya berakhir lumayan seperti yang diharapkan. Ibuku dan bapakku dapat kesempatan nonton laskar pelangi, dan tiket yang terseisa pun tidak terbuang percuma.
“Terus? Review filmnya mana?”
Mencari review film? Maaf, tak ada review disini. Silahkan saja baca saja seperti yang sudah dituliskan manda atau mas Ucuk. Atau silahkan cari melalui paman google
Salam Hormat, Salam Senyum Kanggo Sedulur Kabeh
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Perkenalkan, Saya H.M.Jamil,SQ,MPd ingin meminta dukungan Saudara dalam pemilihan Caleg DPR RI PPP 2009 Dapil Kebumen, Banjarnegara & Purbalingga.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.