Ada seorang programmer yang mengibaratkan bahasa pemograman Sun Java sebagai Gajah. Gajah yang sangat powerful untuk mengerjakan berbagai tugas di perusahaan besar. Gajah yang memiliki lifetime yang panjang sehingga seekor gajah dapat bekerja dalam jangka panjang. Gajah pun cukup cerdas, sehingga sang pelatih Gajah cukup memerintah sedikit saja, si gajah pun dapat segera memahami bagaimana dia harus bekerja dan bagaimana hubungannya dengan perintah-perintah yang lain.
Saat dulu itu, waktu gaung si Gajah dan kemampuannya berkibar kemana-mana, aku yang laksana anak kecil begitu kagum dengan si Gajah. Pengin banget rasanya buat mendekati si Gajah, meraba dari dekat, menungganginya, bahkan pengin juga melatih si Gajah tadi.
Hingga pada suatu saat, aku mengalami kecelakaan dengan Gajah. Sempat perasaan takut dengan si Gajah pun muncul. Aku lalu coba untuk mendekatinya lagi, dan lagi-lagi kecelakaan yang lain terjadi. Aku lalu coba untuk mendekatinya sekali lagi, dan lagi-lagi kecelakaan pun terjadi, hingga tanpa kusadari, aku menjadi trauma dengan Gajah.
Aku hanya bisa menatap iri dengan para pawang yang bisa begitu lincahnya dalah melatih Gajah. Menatap iri para pawang yang mengendalikan Gajah bagaikan menari menyelesaikan kerjaannya, begitu gesitnya melemparkan gumpalan data ke udara dan ditangkap oleh Gajah lain yang nun jauh disana. Begitu hebatnya juga bahkan Gajah dapat berkomunikasi dengan tata cara sendiri.
Aku sadar, jika aku terus menatap si Gajah dan terus menerus merasa iri, maka aku tidak akan maju, pekerjaan yang menantiku pun tidak akan terselesaikan. Toh alternatif dari si Gajah juga ada banyak kok, masih ada kuda, kerbau, sapi, keledai, zebra, unta, pithon dan lain sebagainya.
Mereka para pawang Gajah yang melihatku bekerja tidak menggunakan Gajah tertawa. Mereka menganggap aku tidak modern, tidak maju. Mereka menganggap Gajah telah dapat menyelesaikan segala pekerjaan, sedangkan yang aku gunakan dianggap terlalu spesifik tugasnya. Aku yang merasa ditertawakan pun berdalih,
“Gajah memang bisa melakukan banyak pekerjaan, tapi untuk pekerjaan yang sederhana seperti ini, dengan Gajah akan sangat merepotkan”
Mereka membantah
“Ah.. itu hanya kamu saja yang tidak bisa melatihnya. Jika Gajahnya bisa kamu latih dengan baik plus optimasi, kerjaan seremeh apapun pasti juga bisa dikerjakan!”
Aku berdalih lagi
“Gajah itu besar dan tambun, untuk bekerja dengannya memerlukan tempat yang sangat lapang, Gajah akan kerepotan jika bekerja di tempat yang sempit.”
Mereka membantah
“Ya.. jangan di tempat yang sempit dong! toh sekarang banyak tempat yang baru itu luas-luas! Kamunya aja yang aneh-aneh nyuruh Gajah kerja di tempat sempit!”
Aku berdalih sekali lagi
“Katanya Gajah sekali dilatih, lalu dapat bekerja di segala medan. Tapi nyatanya untuk menyiapkan pelananya di segala medan pun juga bukan hal mudah”
Mereka membantah
“Lho.. ya jelas dong! kalau nggak pakai pelananya, bagaimana Gajah bisa bekerja di segala medan. Makanya, cara memasang pelananya di pelajari baik-baik”
Setiap bantahan mereka membuat aku makin terkucil. Aku sama sekali tidak membenci Gajah, hanya jangan paksa aku untuk menggunakannya.
Ada beberapa teman dekatku juga yang menggunakan Gajah. Entah mungkin karena gengsi, atau karena masih trauma, aku pun juga tidak berusaha untuk meminta diajari tentang Gajah. Jadi terus terang saja, hubunganku dengan Gajah memang menjadi kurang dekat.
Yang jelas, sekarang aku tidak menggunakan Gajah dan jangan paksa aku menggunakan Gajah. Entah jika nanti tuntutan kerjaan yang mengharuskan aku bekerja dengan Gajah.
catatan:
– Gajah disini tidak ada hubungannya dengan kampung gajah. π
– Salah satu “Gajah” yang paling suka aku pakai baru OpenOffice.org. π
nice post…
@h1mawari
sma-sama..
btw, kok comment-nya pendek bgt yah.. jadi kayak spam π
Ngomong apa sih?
@maztikno
ngomongin “Gajah” π
pernah melihat gajah?
yes, hidup gajah! hidup kebo! hidup kambing! hidup tuma! hidup vlsm! lho?!! π
@stwn
lho.. kok malah belok ke vlsm..
nggak sekalian “hidup inherent!”? π
emang ada gajah.vlsm.org yah?
yang kutahu: komo.vlsm.org, cacing.vlsm.org, kuya.vlsm.org
eh.. tuma tuh binatang apaan yah?
@ kunderemp an-narkaulipsiy
gajah.vlsm mungkin sedang akan dibentuk.. π hanya tinggal finishing aja sama persetujuan namanya…
tuma.. itu kalau nggak salah kutu yah? π
wah…gajah emang gede sih, makanya berat, bawanya kudu pake mobil yg gede…tapi udah banyak tuh gajah yg udah ada pawangnya, jadi nyuruhnya sama pawangnya …gak usah dilatih lagi, pernah main-main sama gajah berpawang..tapi cuma main-main aja, lumayan asik….cuma ya itu tadi tergantung pawangnya juga hehhe. Bawanya tetep gede dan repot, kudu dorong sini, dorong sana…biar bisa masuk mobil…repot.
saya masih seneng sama semut piaraan nih, kecil2 tapi banyak…kata para pawang “hari gini masih maenin semut…” hehehe…gw bilang…”yang penting jadi dokat bro…!!!”, lagian asik banget, bisa di kantongin dimana aja…hehehe gak perlu pake mobil…
hehehe kenapa saya ikut2an aneh gini yakkk….
Apa kabar Fathir?
π
@ iip
Hehehe.. makasih pak iip, dah bersedia berbagi pengalaman dalam bergaul dengan gajah ini.. π
Kabarku alhamdulillah baik-baik saja pak.. masih dikasih kesempatan buat ngeblog π