Akhir-akhir ini, isu akan kebencanaan masih saja hangat beredar di masyarakat, hal ini dikarenakan belum ada kesiapan dari masyarakat maupun pemerintah dalam menghadapi dan pemulihan saat bencana terjadi.
Jurusan teknik Elektro UGM dan JICA berkerjasama dalam membuat suatu sistem informasi kebencanaan dalam satu lingkup proyek Hi-Link. Sistem informasi ini diberinama Vivo yang dalam bahasa Latin berarti “hidup” atau “selamat”
Dalam proyek Vivo ini, aku beruntung mendapat kesempatan untuk turut mengembangkan sistem informasi ini yang juga sekalian aku jadikan sebagai tugas akhir.
Sistem informasi Vivo ini bersifat modular dan scalable, dengan dua macam komponen, yaitu komponen Master dan komponen Slave. Komponen Master didesain sebagai unit keluaran, semua data akan di kumpulkan kedalam komponen Master ini. Masyarakat luas untuk mendapatkan informasi tentang bencana, dengan mengkases Master ini, dengan kata lain, Komponen Master memang didesain untuk dapat diakses oleh publik. Kemudian komponen Slave didesain sebagai unit masukan, semua data dilapangan dimasukkan ke sistem Vivo melalui komponen Slave ini. Komponen Slave juga didesain agar dapat di deploy di wilayah yang memiliki infratruktur minimum. Komponen Slave memiliki beberapa modul masukan, diantaranya yaitu melalui web, telepon dan pelaporan langsung (dengan bantuan operator), SMS, dan melalui RF. Tiap-tiap komponen Slave pun dapat didesain tingkat spesifikasinya dalam melayani dan mendata kondisi dalam bencana.
Dalam sistem Vivo sendiri, memiliki beberapa modul aplikasi yang dapat dengan mudah ditambahkan, yang saat ini telah dikembangkan yaitu modul untuk pendataan korban, pendataan fasilitas umum, pendataan posko, pendataan bantuan, dan pendataan pelayanan rumah sakit. Untuk kedepannya masih akan ditambahkan modul-modul untuk aplikasi untuk terintegrasi dengan badan-badan di pemerintahan yang berhubungan dalam proses pengangan bencana. Komponen Master yang dikelola oleh pemerintah melakukan komunikasi dengan komponen Slave melalui web service. proses pengiriminan data memerlukan pemicuan dari operator di sisi komponen Slave, sistem Vivo memang tidak mendesain data untuk dikirmkan secara otomatis, karena apabila komponen Slave ditempatkan di lokasi yang minus koneksi internet, maka sistem pada Slave tidak akan terbebani untuk terus-menerus mencoba mengirimkan data ke Master. Proses pengiriman data juga didesain untuk dapat mengirimkan data antar komponen Slave, sehingga apabila ada salah satu komponen Slave yang dapat menghubungi kompnen Master, komponen Slave yang lain dapat “menitipkan” datanya ke komponen Slave tersebut untuk dikirimkan ke Master.
Saat ini, sistem informasi Vivo ini masih dalam pengembangan besar-besaran, komponen Master sudah dicoba untuk up ke internet, tetapi belum dapat dipubilkasikan ke umum. Komponen Slave sebagai permodelan sistem Vivo pun telah dikembangkan, dan proses pengiriman data pun dapat berjalan dengan baik. Data yang digunakan sebagai pemodelan adalah data-data saat peristiwa bencana gempa bumi Yogyakarta, 27 Mei 2006.
Terus terang, sistem informasi Vivo ini merupakan project yang cukup besar. Semoga saja.. untuk kedepannya sistem Vivo ini dapat benar-benar bermanfaat
waaah, keereeeennn … google map ya? saya tunggu rilisnya deh …
@toni
He he he, moga-moga aja juga di approve sama pemerintah.. sistem informasi ini bisa dipakai oleh khalayak
Wuiiih.. wangun! pemerintah harusnya ikut mendukung supaya bisa dikembangkan & diterapkan. Baca nama projectnya jadi ingat kata Louis Pasteur: ‘Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo’ 😀
@mufti
ya… semoga saja deh..
moga-moga jangan hanya jadi sekedar proyek ‘biasa’ 🙂
[…] berikutnya merupakan pengerjaan Tugas Akhir yang -alhamdulillah- sesuai dengan target, walaupun Tugas Akhir yang aku kerjakan sedikit melenceng […]
Ass, Normi nih tir. web project VIVO ini kok ga ada ya? apa sudah off?