Cerita berawal dari seorang dosen yang ingin notebook-nya di install ulang. Proses install yang seharusnya mudah jadi susah gara-gara CD-ROM-nya rusak.. oke, hal ini bisa diatasi dengan boot dari disket, tapi data yang mau di backup tersimpan dalam partisi NTFS, yah.. jadi mau nggak mau harus backup dari system win yang terinstall.
Setelah proses backup selesai, lalu partisi diubah semua dengan FAT32. Setelah pembentukan partisi baru selesai, pertama sempat bingung juga, bagaimana untuk mengambil data yang tersimpan di jaringan. Lalu aku teringat ada distro linux yang berbasiskan pada floppy disk, aku lalu coba beberapa distro yang mendukung jaringan dan mendukung partisi vfat. Setelah dapat distro yang cukup sesuai, ternyata baru ketemu masalah selanjut.. yaitu ethercard pcmcia-nya tidak menyala.wah.. pusing nih…CD-ROM tidak ada, Ethercard tidak ada, boot-nya hanya dari floppy disk, keadaanpun makin jadi susah. Akhirnya aku ingat ada koneksi laplink.Untunglah, saat itu, stwn berkunjung ke dnet, dan alhamdulillah juga, stwn pernah mencoba koneksi laplink di linux. Akhirnya aku putuskan dengan koneksi laplink saja.Setelah kabel laplink parallel diambil dari rumah stwn, lalu laplink ini mulai dicoba.pertama, kedua komputer harus terpasang module plip (Parallel Link Internet Protocol)
modprobe plip
bersyukurlah, bagi yang module-nya telah terinstall didalam kernel.. pastikan interface plip sudah tersedia dengan perintah
ifconfig -a
lalu berikan ip dan peer-to-peer-nya ke dalam lpip ini
ifconfig plip0 10.10.10.1 pointopoint 10.10.10.2 up
dan berikan ip juga pada komputer lawan koneksi-nya
ifconfig plip0 10.10.10.2 pointopoint 10.10.10.1 up
uji coba pertama, proses ping tidak berjalan dengan lancar. Memang hal ini sebagian besar dikarenakan port parallel yang digunakan. Kemudian kabel pun dihubungkan ke komputer lain, dan alhamdulillah, proses ping lancar.
Nah, masalah lain pun muncul, yaitu cara untuk mengambil data yang tersimpan di jaringan. Minimnya perintah di Linux Rescue, menyebabkan proses SSH, SCP dan sebagainya pun terhambat. Untunglah ada perintah wget. Agar wget dapat berlangsung, data harus di bundle menjadi satu paket dahulu, kemudian notebook pun perlu di route agar berada satu jaringan dengan penyedia web-nya.
Seteleh proses routing yang agak memaksa, akhirnya, wget pun berhasil jalan, walau koneksinya lambat sekali.
Leave a Reply